Koordinasi Revitalisasi Tradisi Lisan Dolo-Dolo di Nusa Tenggara Timur

Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra melakukan survei dan koordinasi dalam rangka Revitalisasi Tradisi Lisan Dolo-Dolo di Nusa Tenggara Timur (4/3). Bersama dengan komunitas Nara Baran, Desa Horinara, Adonara Timur, berusaha menelusuri tradisi lisan Dolo-Dolo yang sudah terancam punah.

Penelusuran terus dilakukan hingga mengunjungi maestro atau pelaku dari tradisi lisan Dolo-Dolo tersebut. Hal itu dilakukan untuk dapat mengingatkan kembali esensi atau fitrah dari tradisi lisan Dolo-Dolo yang mungkin sudah mulai terlupakan oleh masyarakat di Flores Timur.

Oma berna Arnolda Ina Beda yang usianya genap 100 tahun didampingi dengan anak keduanya Gregorius mengungkapkan bahwa tradisi lisan Dolo-Dolo ini pada dasarnya merupakan tradisi yang menggabungkan pantun ke dalam tarian. Pemantun dalam tradisi lisan Dolo-Dolo akan melantunkan nasihat beserta petuah-petuah bijak nenek moyang hingga pendekatan khusus bagi situasi asmara dua hati atau lebih dalam sebuah lingkaran.

Dahulu, tradisi lisan Dolo-Dolo menjadi hiburan dalam kebersamaan yang dirindukan oleh setiap lapisan masyarakat. Seperti Bernadus Dasi, salah satu masyarakat yang sangat merindukan pertunjukan tradisi lisan Dolo-Dolo. “Tradisi Dolo-Dolo dapat dikatakan tradisi barisan kerinduan dan boleh disebut sebagai bentuk penyatuan lintas usia dalam ikatan persaudaraan kepada siapa pun,” ujar Bernadus Dasi.

Adanya kekayaan masyarakat yang menyimpan banyak kearifan lokal dan minat masyarakat yang masih tinggi, tradisi lisan Dolo-Dolo dirasa tepat untuk diselamatkan dengan cara dilakukan revitalisasi. Penyelamatan tradisi dilakukan dengan menampilkan kembali tradisi lisan Dolo-Dolo yang telah lama tidak terlihat khususnya kepada generasi muda.

Tidak tanggung-tanggung, tradisi lisan Dolo-Dolo ini akan diajarkan dan dilantunkan oleh generasi muda seperti anak-anak. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kecintaan tradisi lisan Dolo-Dolo dan membangkitkan kembali tradisi yang belum banyak diketahui oleh kalangan muda tersebut.

 

 

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑